Apakareba: Bekerja siang dan malam membuat sebagian besar orang merasa jenuh dan lelah, bahkan tak jarang kehilangan motivasi. Hal itu tidak hanya dirasakan oleh pekerja, namun juga pelajar sampai ibu rumah tangga.
Kesibukan sehari-hari justru membuat kita melupakan satu hal yang penting. Yaitu kebahagiaan diri sendiri.
Sebuah konsep hidup bahagia ala masyarakat Jepang, yaitu ikigai, mungkin bisa membantu Anda. Meski sibuk bekerja, praktik ikigai membuat masyarakat Jepang merasa bahagia. Tentunya konsep ini dapat Anda ikuti demi diri sendiri.
Mengenal ikigai
Dilansir dari beberapa sumber, ikigai merupakan sebuah prinsip yang membantu hidup menjadi lebih bermakna, bermanfaat, dan seimbang. Sehingga manusia dapat meraih kebahagiaan yang sejati dalam hidupnya.
Orang yang berpegang pada prinsip ikigai umumnya telah berhasil menemukan makna dari kehidupan yang ia jalani saat ini. Akhirnya berdampak dengan meningkatnya motivasi dalam mengerjakan suatu hal.
Bagaimana cara menemukan ikigai?
Mengutip dari laman dkjn.kemenkeu.go.id, pada dasarnya ikigai merupakan irisan dari empat elemen. Di antaranya Passion, Mission, Vocation, dan Profession.
"Dalam menemukan ikigai, yang terpenting adalah menyeimbangkan empat elemen tersebut untuk saling mengisi dalam membentuk sebuah tujuan hidup," tulis laman itu.
1. Passion
Irisan pertama diartikan ketika sesuatu yang kita senangi dan bergairah untuk melakukan hal tersebut. Contohnya melakukan hobi atau kesenangan pribadi.
2. Mission
Irisan kedua merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh lingkungan sekitar kita. Meskipun tidak sesuai dengan passion kita, tetapi tidak menutup kemungkinan kita dapat berkontribusi dengan hal kecil yang dapat kita lakukan di lingkungan sekitar.
3. Vocation
Di tahap ini kita tidak boleh memungkiri bahwa dalam bertahan hidup perlu penghasilan. Maka dari itu kita lakukan sesuatu yang dapat menghasilkan pendapatan bagi diri kita sendiri.
4. Profession
Profession adalah perasaan di mana kita ahli di bidangnya. Keahlian ini bisa didapatkan dengan menempuh pendidikan atau mengikuti kursus pelatihan. (Raissa Oktaviani)
(RAI)