Waspada! Terdapat 42 Titik Rawan Bencana dan kecelakaan di Sulawesi Selatan

Ilustrasi/Medcom.id Ilustrasi/Medcom.id

Apakareba: Cuaca esktrem sedang melanda sejumlah daerah di Indonesia. Berbagai peringatan pun bermunculan dengan seiringnya banyak bencana yang terjadi. Kepala Basarnas Makassar, Djunaidi, menyebutkan terdapat 42 titik rawan bencana dan kecelakaan di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Puluhan titik itu terdiri atas enam titik kecelakaan penerbangan atau udara, tujuh titik kecelakaan pelayaran/laut, delapan titik bencana gempa, delapan titik longsor, lima titik banjir, dan dua titik tsunami. Selain itu, tercatat pada 2020, pihaknya telah menangani sebanyak 117 kejadian musibah. Dengan rincian, kondisi  membahayakan manusia 56 kejadian, kecelakaan kapal 49 kejadian, bencana alam 12 kejadian, dan kecelakaan pesawat nihil.

"Dari kejadian pada 2020 itu, sebanyak 2.158 orang yag selamat, meninggal 86 orang, dan hilang 37 orang," kata Djunaidi, Selasa, 16 Februari 2021, seperti dilansir dari Media Indonesia.

Selama 2021 hingga Februari ini, sudah terjadi 14 musibah. Terdiri dari kondisi yang membahayakan orang 10 kejadian, kecelakaan kapal dua kejadian, dan bencana alam dua kejadian. Korban jiwa yang terdampak tapi selamat sebanyak 18.182 orang, meninggal 18 orang dan hilang empat orang.

"Karenanya, ke depan, kami sudah punya program 2020-2024, untuk menambah sumber daya manusia (SDM) untuk tim SAR, penambahan shelter, penambahan lahan dermaga, pengembangan pos menjadi kantor SAR, serta menambah potensi SAR sebanyak 200 orang," lanjut Djunaidi. 

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia atau sekitar 96 persen dari 342 zona musim, saat ini telah memasuki musim hujan. Hal ini juga telah diprediksi sejak Agustus 2020 lalu, bahwa terkait dengan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari - Februari 2021, termasuk di sebagian Sulawesi. 

Berdasarkan kondisi tersebut, maka kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan. Analisis BMKG menunjukkan bahwa kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Hal ini disebabkan oleh munculnya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia dan sirkulasi siklonik di sekitar wilayah utara Indonesia sehingga mempengaruhi pola arah dan kecepatan angin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia. Selain itu, kondisi labilitas atmosfer yang kuat di sebagian wilayah Indonesia dapat turut berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan awan hujan dalam skala lokal. 

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebar yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang bisa juga terjadi di Sulawesi Selatan.



(SYI)

Berita Lainnya