Apakareba: Menunda pekerjaan acap kali dilakukan beberapa orang. Mungkin ada yang ingin menjalankan prioritasnya terlebih dahulu, namun ada juga yang sengaja menunda karena malas.
Apalagi di masa pandemi covid-19 yang sebagian besar kegiatannya dikerjakan dari rumah. Akibatnya, banyak orang yang lalai mengerjakan tugasnya dan memilih untuk tetap berbaring di kasur.
Dari rasa malas itulah lahir kebiasaan prokrastinasi. Menurut Very Well Mind, prokrastinasi merupakan tindakan menunda pekerjaan hingga menit akhir, atau melewati tenggat waktu.
Mengapa bisa terjadi?
Psikolog di Universitas DePaul, Joseph Ferrari, menjelaskan beberapa alasan mengapa seseorang suka menunda pekerjaan.
- Perasaan membohongi diri sendiri
Seorang prokrastinator (orang yang suka menunda pekerjaan) pandai memanipulasi dirinya sendiri. Ia akan selalu mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan mendekati tenggat waktu akan lebih maksimal. Pada realitanya, waktu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan malah terbuang sia-sia.
- Prokrastinasi bukan soal masalah manajemen waktu
Orang yang gemar menunda pekerjaan justru tidak memiliki masalah dalam manajemen waktu. Mereka cenderung optimis tis karena mampu menyelesaikan tugas dengan waktu yang singkat. Sehingga menulis jadwal di sebuah buku agenda tidak akan berlaku bagi mereka.
"Memberikan saran ke prokrastinator untuk membeli buku agenda ibarat menyarankan orang yang depresi kronis untuk gembira," tulis Ferrari, pada laman Pyschology Today.
- Prokrastinasi menjadi gaya hidup
Menganggap prokrastinasi menjadi gaya hidup merupakan hal yang merugikan. Sebab mereka tidak hanya menunda pekerjaannya, melainkan kelalaian itu dapat terjadi di semua aspek kehidupannya. Contohnya, terlambat dalam membayar tagihan karena menunda-nunda.
Jadi, mau sampai kapan menunda pekerjaan dan menjadikannya sebagai gaya hidup? (Raissa Oktaviani)
(RAI)