Apakareba: Perayaan 17 Agustus atau Peringatan HUT ke-76 Republik Indonesia tidak bisa lepas dari berbagai perlombaannya. Sayangnya, untuk tahun ini berbagai perlombaan seru tersebut belum bisa dilaksanakan akibat pandemi covid-19.
Lomba 17-an ini, biasanya diadakan serentak di setiap pemukiman mulai dari perkampungan hingga perumahan elite. Untuk memeriahkan, panitia setempat sebelumnya juga telah menyiapkan berbagai hadiah menarik guna meningkatkan semangat peserta lomba.
Namun, banyak dari kita yang tidak tahu bahwa terdapat filosofi dan sejarah kelam dari perlombaan 17 Agustus yang ikonik itu. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut rangkuman filosofi dari lomba 17-an.
1. Panjat pinang
Sumber: Aksara.co
Siapa sih yang tidak mengenal lomba yang satu ini? Panjat pinang menjadi ajang yang paling dinantikan setiap warga dalam lomba 17-an di setiap daerahnya.
Bukan hanya karena hadiahnya yang menggiurkan, namun melihat aksi peserta memanjat pohon pinang yang sudah dilumuri oli menjadi hiburan yang tidak kalah mengasyikan.
Ternyata, lomba panjat pinang mengandung filosofi untuk menjunjung kerja sama, serta semangat yang tersirat untuk tidak kenal lelah dalam mencapai apa yang diinginkan.
Selain itu, perlombaan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda lho. Dahulu panjat pinang digelar sebagai sarana hiburan dalam acara pesta orang Belanda, dengan mengajak rakyat pribumi untuk menjadi peserta.
2. Tarik tambang
Sumber: Daihatsu.co.id
Selanjutnya ada lomba tarik tambang, lomba ini dinilai sebagai lomba yang mengajarkan masyarakat Indonesia tentang bagaimana perjuangan bekerja keras bersama tim.
Ternyata, lomba tarik tambang ini menjadi simbol bahwa untuk mencapai kemerdekaan, para pahlawan dengan kerja keras bersama tim sanggup melawan para penjajah.
3. Balap karung
Sumber: Pinterest
Perlombaan yang mengandung filosofi perjuangan selanjutnya adalah balap karung. Lomba balap karung memiliki simbol sebagai semangat melawan penjajahan Jepang.
Sebab, masyarakat Indonesia saat itu tidak mampu untuk membeli pakaian. Untuk memiliki pakaian, masyarakat Indonesia menjadikan karung goni sebagai alternatif pakaian.
4. Makan kerupuk
Sumber: Clicks.id
Selain lomba balap karung, momen sulit Indonesia pada zaman penjajahan juga diabadikan dengan lomba makan kerupuk. Sebab, lomba makan kerupuk menyimpan sejarah yang menyedihkan terkait pangan.
Di masa itu, rakyat Indonesia mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan. Maka dari itu, lahirlah lomba makan kerupuk. Walau begitu, saat ini lomba makan kerupuk mengajarkan kita untuk menghargai bahan pangan.
Itulah rangkuman beberapa filosofi dari perlombaan khas 17 Agustus. Semoga di HUT RI selanjutnya perlombaan seperti ini bisa kembali dilaksanakan.
Baca juga: Yuk Ikuti Kemeriahan HUT ke-76 RI Secara Daring Melalui Web Ini
(NAI)