Apakareba: Menjalin hubungan dengan si dia tak melulu soal bahagia. Ada saja masalah yang bisa membuat hubunganmu berisiko kandas, apalagi kalau hubungan terasa tak lagi sehat.
Seperti layaknya bencana alam atau penyakit, hubungan tidak sehat memiliki tanda-tanda bahaya. Jika tanda-tanda ini muncul, mungkin ini saatnya kamu mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan sebelum menjadi lebih buruk.
Kamu dan pasanganmu juga bisa menimbang apakah hubungan ini patut diperjuangkan. Berikut lima tanda saatnya mengakhiri atau mengevaluasi hubungan cinta dilansir dari akun Instagram @relatiology.
1. Ketika dia menuntut kamu berubah atau tidak berubah
Menuntut, memaksa, mengancam, memanipulasi, atau mencoba mengontrol hidup orang lain untuk berubah atau tidak berubah tanpa kemauan diri sendiri termasuk hubungan tidak sehat. Ini menandakan kamu atau pasanganmu sangat egois dan hanya mementingkan kenyamanan diri sendiri.
Tentu tidak salah mengupayakan perubahan lebih baik dengan mendorong maupun menyemangati pasangan untuk sesuatu yang baik bagi mereka. Tapi, kamu perlu mewaspadai apakah perubahan itu lahir dari dalam diri atau lebih karena tekanan dari luar.
Perubahan yang lahir dari dalam diri cenderung bertahan lama karena dilakukan atas kesadaran dan cinta. Perubahan yang dipaksakan bahkan dilakukan dengan hati yang marah menjadi kemunafikan. Sebab, perubahan itu hanya untuk menyenangkan orang lain.
Ketika kamu berada di situasi seperti ini, saatnya kamu mengevaluasi hubungan cintamu. Apakah kita terus atau putus? Jika memang ingin terus, maka kamu atau pasanganmu perlu mengatur ulang ekspektasi, komunikasi jujur, dan mempertimbangkan tuntutan yang diterima.
2. Ketika kamu terus membenarkan perbuatannya
Tidak ada orang yang sempurna, semua orang punya kelakuan dan kebiasaan buruk. Kelakuan dan kebiasaan yang tidak sesuai norma dan nilai-nilai pribadi ternyata muncul dari pasangan kita.
Apakah kamu merasa terus menerus membenarkan perlakuan buruk itu? Bahkan terus menerus menjelaskan, membela perbuatan pasanganmu pada orang lain dan dirimu sendiri. "Dia aslinya enggak seperti itu. Dia wajar marah, habis aku begini. Dia aslinya enggak begitu kok."
Jika iya, maka kita punya hubungan yang bermasalah, pasangan yang bermasalah dan kita juga bermasalah. Ini bukan lahir dari cinta, tapi mungkin lebih kepada melindungi ego kita yang tidak terima bahwa kita salah pilih, tidak mau kesepian, atau takut kehilangan.
Memang tidak ada yang jahat di sini, tapi jelas hubungan ini perlu dipertimbangkan untuk terus atau putus.
3. Ketika dia menyakiti kamu secara fisik, emosional, atau verbal
Dalam sebuah hubungan kita bisa saja saling menyakiti. Tapi kita perlu waspada bila tindakan menyakiti ini cenderung berulang terus. Bahkan, pelaku kerap menggunakan alasan seperti "Aku khilaf, refleks, enggak maksud, aku begini karena sayang sama kamu. Aku minta maaf tapi aku enggak akan begini kalau kamu enggak begitu."
Bila dalam hubungan tersebut ada kekerasan, maka kita punya alasan kuat untuk mengakhiri hubungan. Bukan karena kita benci, tapi demi kesehatan dan keselamatan jiwa kita.
Kekerasan tidak melulu dilakukan laki-laki, perempuan juga dapat melakukannya. Laki-laki cenderung menggunakan kekerasan fisik dan verbal. Sementara, perempuan cenderung menggunakan kekerasan verbal dan emosional.
Perilaku kekerasan ini sebenarnya sudah kelihatan tandanya di awal hubungan. Tapi para korban seringkali mengabaikannya karena sedang dimabuk asmara.
Jika kamu mau terhindar dari hubungan seperti ini, kamu perlu berhati-hati memilih pasangan. Jangan terburu-buru masuk dalam hubungan hanya karena penampilan, apalagi karena kesepian.
4. Ketika masalah yang sama terus terjadi
Terkadang kesalahan terulang lagi dan lagi, sekalipun kamu sudah membicarakannya, menegurnya, bahkan memohon padanya. Bisa jadi memang bukan salah mereka. Mungkin apa yang kamu harapkan memang tidak bisa mereka wujudkan atau mungkin dia tidak peduli dengan permintaanmu.
Bisa jadi pasanganmu juga sedang berproses dan berjuang untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kamu harus bersikap adil dan empati ketika menilai. Ketika memang kita sudah membicarakannya berulang-ulang namun dia tetap melakukan kesalahan tersebut, maka keputusan ada di tanganmu, terus atau putus?
5. Ketika nilai dan kepercayaan kalian berbeda
Nilai dan kepercayaan adalah dua hal penting bagi hidup manusia. Sadar atau tidak kita menjalani hidup diatur oleh nilai-nilai dan kepercayaan kita, seperti agama, prinsip hidup, budaya, dan ideologi.
Beberapa di antaranya nilai yang dipegang teguh, ada pula nilai fundamental atau sangat mendasar. Ada nilai-nilai yang bisa dikompromi, ada juga yang tidak bisa dikompromi.
Nilai dan kepercayaan ini akan mewarnai cara seseorang memandang dan menjalani hubungan. Terkadang, dua orang yang menjalani hubungan akan menemukan bahwa nilai dan kepercayaan fundamental mereka berbeda. Ini yang dapat memicu konflik.
Misalnya, seseorang yang menjunjung tinggi nilai kebebasan berpacaran dengan orang yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan. Hal yang bertolak belakang ini bisa memicu konflik. Hubungan seperti ini lebih sering berakhir dengan pihak yang kalah atau akhirnya berpisah.
Hubungan seperti ini sejatinya dapat dideteksi sejak awal kamu memulai hubungan. Menjalin hubungan dengan orang yang berbeda nilai bahkan bertolak belakang menandakan kamu harus berpikir untuk terus atau putus.
(CIA)