Apakareba: Sebagian orang menganggap manusia yang produktif terlihat positif. Namun tak jarang rasa produktif kian diiringi oleh lingkungan yang kompetitif, sehingga berimbas kepada fenomena hustle culture.
Istilah hustle culture menggambarkan gaya kerja yang berlebihan dan penuh tuntutan. Fenomena tersebut mengakibatkan seseorang merasa selalu sibuk dan tidak pernah memikirkan waktu untuk diri sendiri.
Melansir berbagai sumber, Dosen Sosiologi Universitas Indonesia (UI), Lugina Setyawati, mengatakan hustle culture adalah budaya yang menganut gila kerja atau workaholic.
"Ini (hustle culture) tidak selalu mengenai pekerjaan formal, tetapi bisa juga tentang orang aktif yang selalu sibuk melakukan aktivitas apa pun," kata Lugina, melalui keterangan tertulis yang diambil pada Selasa, 3 Agustus 2021.
Berdasarkan hasil riset Forbes, hustle culture dapat disimpulkan sebagai budaya yang sia-sia. Sebab seseorang yang selalu merasa bisa sukses ketika menyanggupi seluruh pekerjaan, malah mengundang dampak buruk bagi dirinya.
Baca: Greysia dan Apriyani Rebut Medali Emas, Arief Muhammad: Saya Kasih 2 Cabang Baso Aci
Dampak buruk hustle culture yang bisa terjadi:
- Stres berlebihan
- Burnout (rasa lelah, kosong, dan tidak mampu mengatasi masalah hidup)
- Tidak memiliki waktu untuk kehidupan pribadi
- Mudah untuk terkena penyakit fisik maupun mental
Solusi terbaik agar tidak terjerembap dalam hustle culture adalah dengan membuat batasan diri yang jelas. Ketahuilah kapan harus bilang tidak dan pahami tubuh yang sudah meronta agar diberi jatah istirahat. (Raissa Oktaviani)
(RAI)