Apakareba: Di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, terdapat jembatan Maselihe yang menjadi salah satu ikon di wilayah tersebut. Biasanya, orang mengunjungi jembatan tertinggi di kepulauan itu untuk memanjakan matanya dengan keindahan panorama hutan tropis yang masih lebat serta tebing kokoh di tepi pantai di lingkungan sekitar.
Di balik keindahannya, jembatan ini ternyata menyimpan cerita legenda tentang kerjaan di Kepulauan Sangihe yang tenggelam ke bawah laut. Berdasarkan cerita yang beredar, di sana tersimpan misteri kerajaan Maselihe yang lenyap ditelan laut akibat skandal yang dilakukan Raja Sjam Sjah Alam (Samansialang). Sebagai informasi, ia memerintah dari 1685 sampai 1711.
Sebagian besar masyarakat di sana mempercayai bahwa bencana besar itu berawal dari pelanggaran besar yang dilakukan oleh sang raja. Pasalnya, Raja Sjam Sjah Alam mengawini anak kandungnya sendiri. Hal ini seperti dilansir dari Good News From Indonesia.
Kalau tadi merujuk pada keyakinan warga sekitar, kini kita bergeser pada hasil penelitian. Berdasarkan penelitian, kerajaan ini tenggelam akibat adanya peristiwa dimpuluse (air jatuh dari langit). Akibatnya, kerajaan itu terdampar di lokasi yang bernama Panimbuhing. Hal ini terbukti dari penemuan kursi emas dan mahkota raja yang berada di dalam laut Tanjung Maselihe.
Letusan Gunung Awu
Dalam bahasa Sangihe, awu berarti abu atau sisa. Sehingga masyarakat Sangihe meyakini Gunung Awu yang ada saat ini merupakan sisa dari sosok Gunung Awu di masa lampau yang pernah menghadirkan bencana yang dahsyat.
Gunung yang berlokasi di bagian utara Pulau Sangihe Besar itu pernah beberapa kali mengeluarkan letusan dari 1640 hingga yang terakhir pada 2004. Akibat aktivitas gunung tersebut, sekitar 8.000 nyawa dan ribuang orang harus mengalami luka-luka. Tak hanya itu, permukiman warga juga banyak yang mengalami kerusakan dan mereka terpaksa harus mengungsi.
Dilansir dari Science Daily, salah satu erupsi Gunung Awu yang dianggap paling monumental terjadi pada 1711. Ledakan berskala indeks moderate-large itu menghancurkan beberawa kawasan di pulau ini dan merenggut 3.000 nyawa akibat awan panas serta gelombang ledakan dari magma.
Baca juga: Mengintip Sejarah Salah Satu Kerajaan Terbesar di Sulawesi Selatan
Masyarakat Sangihe, khususnya Kendahe, mengingat bencana itu sebagai masa paling kelam dalam sejarahnya. Hal ini dikarenakan dari 3.000 orang yang meninggal dunia, di antaranya terdapat anggota kerajaan dan nenek moyang mereka yang ikut tenggelam bersama seluruh kerajaan dan Kota Maselihe yang indah.
Tak hanya letusan gunung api, masyarakat Sangihe dan Kendahe juga menyebutkan adanya angin putih beliung dan tsunami hebat pada masa itu. Sehingga mereka menganggap kejadian itu sebagai malapetaka besar.
Kejadian multibencana inilah yang diyakini menjadi penyebab kerajaan Maselihe tenggelam (secara harafiah) ke dalam laut. Selain itu, juga meninggalkan sebuah daerah tak berpenghuni yang sekarang dikenal sebagai Tanjung Maselihe.
(SYI)