Apakareba: Menteri Perdangangan M Lutfi menemukan potensi baru dalam komoditas ekspor di Indonesia. Bahkan, ia menyebut nilainya mencapai ratusan triliun, kira-kira komoditas apa ya?
Komoditas yang dimaksud adalah sarang burung walet. Ia meyakini sarang walet bisa menjadi komoditas andalan untuk mengejar defisit neraca perdagangan. Apalagi Indonesia sudah langganan ekspor komoditas ini ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
“Sarang burung walet ini sesuatu yang menarik. Saya sudah lapor ke Bapak Presiden karena saya yakin pertumbuhan yang ditargetkan Rencana Pembangunan Jangka Menengan Nasional (RPJMN) akan tercapai oleh Kementerian Perdagangan,” kata Lutfi saat Peluncuran Platform Dagang Digital Indonesia Store (IDNStore) pada Kamis, 14 Januari 2021.
Sarang burung walet ini memang dikenal orang memiliki harga yang cukup fantastis. Lantas, apa yang membuat harganya menjadi tinggi ya? Dilansir dari Lifepal.co.id, berikut alasan di balik mahalnya sarang burung walet.
1. Proses pengolahan yang tak mudah
Dari proses pembuatan hingga panen, sarang burung walet harus melewati proses yang panjang dan tak mudah. Komoditas satu ini terbentuk dari air liur dari burung walet.
Dibutuhkan waktu mencapai tiga sampai enam bulan untuk sarang walet tumbuh. Burung walet juga harus diberi makan secara teratur dan air liurnya juga juga harus dibiarkan tumbuh secara alami.
Para peternak kurang lebih hanya bisa memanen sebanyak 10 kilogram dalam sekali panen. Jadi, pantas saja kalau harganya sangat mahal.
2. Komoditas ekspor yang langka
Peminat sarang burung walet tak hanya datang dari dalam negeri, tapi dari luar negeri juga. Cina menjadi salah satu negara yang paling banyak mengonsumi komoditas satu ini.
Permintaan dari Negeri Tirai Bambu itu mencapai 140 juta ton per tahunnya lho. Sementara, Indonesia baru bisa memasok sekitar 70 juta ton per tahunnya ke sana. Selain itu, nilai perdagangannya bisa mencapai 1 hingga 2 miliar US dollar per tahunnya.
3. Disajikan di restoran elite
Di Tiongkok, sarang burung walet dijadikan sebagai bahan sup untuk disajikan ke raja di masa lampau. Hanya raja dan bangsawan yang bisa menikmati sajian tersebut karena harganya yang sangat mahal.
Saat ini, sajian dari sarang burung walet bisa dinikmati oleh semua orang karena sudah dijual di sejumlah restoran elite. Tetapi, tentu saja kalian harus merogoh kantong yang dalam untuk bisa menikmati sajian itu.
4. Hasil panen tidak banyak
Waktu panen paling cepat untuk sarang burung walet adalah sebulan dan paling lamanya, yakni tiga bulan sekali. Hasil panennya juga tidak bisa dibandingkan dengan komoditas lain, seperti beras yang bisa berton-ton.
Rata-rata sekali panen, hanya bisa menghasilkan 10 kilogram sarang burung walet. Kalau kondisinya sedang bagus, maka hasil panen bisa mencapai 30 kilogram. Inilah yang menyebabkan harga komoditas satu ini menjadi mahal, karena panennya tidak sebanding dengan jumlah permintaan.
5. Nilai gizinya sangat tinggi
Sarang burung walet dinilai memiliki nilai gizi yang tinggi. Komoditas ini memiliki kandungan protein, antioksidan, kalsium, dan kolagen yang tinggi.
Selain itu, sarang burung ini juga memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan dan kecantikan. Konon katanya, sarang burung walet bisa mengembalikan stamina tubuh wanita, terutama setelah melahirkan.
Sarang burung walet juga bisa memberikan dampak yang baik untuk bayi ketika dalam kandungan. Apabila ibu hamil mengonsumi sarang burung itu, maka dipercaya bayi dalam kandungannya akan bersih dan kulitnya jadi sehat serta halus.
6. Banyak beredar sarang burung walet palsu
Harganya yang mahal membuka peluang bagi para oknum untuk memalsukan komoditas satu ini. Mereka mengambil untuk dengan menjual sarang burung walet palsu atau memiliki kualitas di bawah standar.
Hal itu tentunya membuat harga dari sarang burung walet melambung tinggi di pasaran. Karena, orang sulit untuk membedakan mana sarang burung yang berkualitas baik dan mana yang buruk.
7. Bisnis bermodal besar
Siapa sangka, ternyata modal untuk mendirikan usaha sarang burung walet itu sangat besar lho. Sarang burung waletnya saja bisa seharga ratusan juta rupiah. Hal ini dibeberkan oleh seorang pembudidaya burung walet, Nor Salihin, seperti dilansir dari Tribunnews. Inilah salah satu penyebab mengapa bisnis sarang walet masih sepi peminat.
(SYI)