Apakareba: Plastik merupakan salah satu bahan yang sulit terurai. Pasalnya, dibutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun agar barang-barang berbahan plastik dapat terurai secara alami.
Kondisi itu membuat seluruh negara, termasuk Indonesia kesulitan dalam mengolah sampah plastik. Atas dasar tersebut, plastik adalah masalah serius yang dapat mengancam keselamatan bumi.
Tak hanya di daratan, tumpukan sampah plastik juga mengambang di sejumlah lautan. Bahkan, hasil penelitian pun menunjukkan bahwa plastik juga dapat menyerang tubuh manusia melalui udara yang dihirup, air yang diminum, dan makanan yang dikonsumsi.
Selain itu, suatu hal yang harus diwaspadai oleh ibu-ibu adalah ternyata penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik atau partikel kecil plastik ditemukan di dalam plasenta manusia. Ukuran dari mikroplastik itu lebih kecil dari lima milimeter, tetapi lebih besar dari 1 mikron. Tentunya, kondisi ini berpotensi menganggu kesehatan dan perkembangan janin.
Dilansir dari Mongabay, terdapat studi yang meneliti enam plasenta pada wanita yang mengalami proses kehamilan dan kelahiran yang sehat. Studi itu diterbitkan di Enivoronmental International pada Januari 2021. Hasilnya, para peneliti menemukan 12 fragmen mikroplastik di empat plasenta.
Dari kedua belas fragmen, ditemukan tiga potongan polypropylene atau plastik yang biasa digunakan dalam wadah dan kemasan makanan. Sementara, potongan lainnya sulit diidentifikasi karena tampak seperti potongan plastik dari pelapis buatan manusia, cat, perekat, hingga kosmetik.
Para peneliti menduga mikroplastik itu memasuki tubuh sang ibu melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Sehingga, ketika partikel-partikel kecil plastik itu terdapat di makanan atau minuman yang dikonsumsi maupun dari udara yang dihirup, maka mikroplastik kemudian berpindah ke plasenta.
Dampak dari mikroplatik itu belum diketahui secara pasti. Namun, para peneliti menyebutkan hal itu sangat memprihatinkan, mengingat pentingnya plasenta dalam perkembangan janin.
Direktur Kebidanan dan Ginekologi Rumah Sakit San Giovanni Clibita Fatebenefratelli di Roma sekaligus penulis utama studi tersebut, Antonio Ragusa, mengatakan kemungkinan mikroplastik akan ditemukan pada bayi yang ada di dalam kandungan. Tetapi, pernyataan itu masih asumsi.
“Saya tidak dapat mendukungnya dengan bukti ilmiah, karena studi kami adalah yang pertama di dunia dengan topik ini. Tetapi, saya pikir jika kami dapat mencarinya, kami juga akan menemukan mikroplastik di organ bayi yang baru lahir. Sebab, plasenta merupakan organ janin sementara dan bukan organ ibu,” kata Antonio.
Kehadiran mikroplatik di jaringan plasenta dinilai dapat menganggu mekanisme kekebalan pada bayi. Faktanya, sempat dilaporkan bahwa ketika ada mikroplastik di dalam tubuh manusia, hal itu dapat berpotensi mengurangi imun terhadap patogen dan mengubah pemanfaatan simpanan energi.
Antonio beserta rekannya akan meneliti lebih jauh tentang hal itu untuk membuktikannya secara ilmiah. “Langkah penting lainnya adalah memahami apakah mikroplastik ada dalam air susu ibu (ASI),” ujar Antonio.
Peneliti mikroplastik dari University of Strathclyde di Glasgow, Steve Allen, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, menyatakan bahwa ia tak terkejut dengan penemuan ini.
“Dengan yakin saya mengatakan bahwa dengan menggunakan alat yang tepat, kami akan menemukan (mikropalstik) di setiap bagian tubuh manusia,” ucap Steve.
Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang serupa, tetapi dengan subjek yang berbeda, yakni tikus. Penelitian itu menunjukkan bahwa tikus hamil yang dipaksa menghirup nanoplastik, akhirnya akan memiliki partikel plastik di beberapa organ tubuhnya, seperti plasenta, paru-paru, jantung, hingga ginjal.
“Meningat (nanoplastik) dapat bergerak melalui tikus seperti itu, saya tidak akan terkejut jika hal serupa akan terjadi pada manusia,” kata Peneliti Mikroplastik di Universitas Strathclyde.
(SYI)