Apakareba: Apakah Anda pernah mendengar istilah 'greenwashing'? Belakangan istilah ini menjadi banyak dibicarakan masyarakat khususnya pegiat lingkungan. Lalu apa itu greenwashing? Dihimpun dari berbagai sumber berikut penjelasan mengenai greenwashing.
Apa itu greenwashing?
Melansir Sustaination.id, greenwashing merupakan suatu keadaan ketika perusahaan mengeluarkan uang lebih banyak untuk klaim ramah lingkungan daripada untuk mengurangi dampak lingkungan dari perusahaan itu sendiri.
Istilah greenwashing ini pertama kali dipopulerkan oleh Jay Westerveld pada 1986. Saat itu Jay yang merupakan pegiat lingkungan mengkritik inisiatif mengenai kampanye lingkungan 'save the towels' di sebuah hotel yang berada di tepi pantai dengan alasan untuk menyelamatkan lingkungan dan terumbu karang.
Alih-alih berdampak baik untuk lingkungan, kampanye tersebut hanya untuk menaikkan keuntungan hotel tersebut. Gerakan ini semakin tidak relevan karena hotel tersebut melakukan ekspansi ke arah pantai.
Dalam praktiknya, perusahaan akan terlihat lebih ramah lingkungan daripada keadaan sebenarnya. Teknik greenwashing biasanya digunakan untuk membuat produk atau jasa suatu perusahaan lebih menonjol dari pesaingnya.
Biasanya mereka mengaku bahwa produknya lebih ramah lingkungan, efisien, dan hemat biaya. Tentu praktik tersebut sangat tidak pantas, selain membohongi kita sebagai konsumen, praktik ini juga membahayakan kondisi lingkungan hidup kita.
Ciri-ciri praktik greenwashing
1. Bersifat reaktif bukan proaktif
Biasanya, perusahaan yang melakukan greenwashing menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan karena reaksi yang diberikan pelanggan. Dapat dikatakan mereka melakukannya hanya demi menyenangkan pelanggan dan meningkatkan keuntungan mereka.
2. Terlalu dramatis
Selain itu, perusahaan yang menerapkan praktik ini adalah dengan selalu menggunakan kata-kata yang dramatis untuk menarik pelanggan.
Mereka menggunakan pilihan kata yang dramatis dan seakan-akan menjadi perusahaan yang sangat ramah lingkungan.
3. Produk berlawanan
Curigai ketika sebuah produk ramah lingkungan muncul, namun dibuat oleh perusahaan yang memiliki reputasi tidak baik terkait isu lingkungan 'dirty company'.
4. Minim makna
Ciri-ciri lainnya, perusahaan berusaha menggunakan kata-kata yang terkesan 'green' namun tidak jelas makna dan kaitannya dengan produk tersebut, seperti eco-friendly, non-toxic, pure, save the earth, dan lainnya.
5. Penggunaan istilah awam
Untuk yang terakhir Anda juga perlu mewaspadai perusahaan yang menggunakan tagline atau informasi produk yang hanya dimengerti oleh segelintir orang seperti ilmuwan dan ahli lainnya. Bukan tidak mungkin jika klaim itu justru hal yang berbahaya untuk lingkungan.
Itulah beberapa penjelasan mengenai greenwashing, sulit untuk dimungkiri banyak perusahaan yang melakukan hal ini sejak lama. Tidak ada kata terlambat, cobalah lebih berhati-hati ketika membeli sebuah produk. Ingat, tindakan kecil Anda akan berpengaruh untuk lingkungan kita lho.
Baca juga: Potret Kampanye Lingkungan Hidup, Ingatkan Kondisi Bumi yang Kritis
(NAI)