Apakareba: Pemerintah berencana untuk menyuntikan sekitar 380 juta dosis vaksin covid-19 untuk mencapai kekebakalan kelompok atau herd immunity di Indonesia. Tetapi, perlu diketahui vaksinasi dilakukan sebagai upaya pencegahan primer terhadap penyakit tertentu.
Meski mecegah lebih baik ketimbang mengobati, alangkah lebih baiknya jika obat juga tersedia untuk meyembuhkan orang yang sudah terpapar covid-19. Karena masih terbilang baru, sampa saat ini obat covid-19 juga belum kunjung ditemukan.
Beberapa waktu lalu, media sosial sempat dihebohkan dengan penemuan obat molnupiravir yang diklaim dapat menyembuhkan covid-19. Tetapi, pernyataan itu juga belum bisa dibenarkan karena obat masih dalam tahap penelitian.
Produsen obat Amerika Serikat, Merck & Co Inc, bersama Ridgeback Biotherapeutics LP kini sedang meneliti molnupiravir. Dilansir dari situs resmi Merck, molnupiravir baru menyelesaikan uji klinis tahap kedua. Berikut deretan fakta yang perlu kalian ketahui mengenai molnupiravir.
1. Belum menjalani uji klinis tahap ketiga
Mercks baru menyelesaikan uji klinis fase dua molnupiravir terhadap 202 orang dewasa yang terpapar covid-19 tanpa gejala. Hasil studi fase kedua itu menunjukkan sebanyak 182 partisipan yang melakukan tes swab PCR mengalami penurunan jumlah virus dalam tubuh usai mengonsumsi obat molnupiravir.
Selain itu, hasil uji klinis juga menyebutkan bahwa orang yang telah terinfeksi bisa bebas dari covid-19 setelah lima hari usai mengonsumi molnupiravir. Tetapi, hasil studi lengkap masih bersifat rahasia dan belum bisa dibagikan. Kini, Merck masih mempersiapkan obat tersebut untuk uji klinis fase tiga.
2. Empat orang mengalami efek samping serius
Dari 202 partisipan yang mengikuti uji klinis tahap dua molnupiravir, 4 di antaranya disebutkan mengalami efek samping serius. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, Merck mengatakan efek samping tersebut bukan disebabkan oleh obat yang mereka produksi. Terkait penyebab dan reaksi yang dialami oleh 4 orang tersebut, pihak Merck belum menjelaskan lebih detail terkait kejadian itu.
3. Uji coba terhadap hewan sudah dilakukan
Sebelum diberikan kepada manusia, tentunya obat ini sudah diujikan terhadap hewan. Hewan diberikan dosis molnupiravir yang lebih tinggi ketimbang manusia. Tak hanya itu, durasi pemberian obat terhadap hewan juga dilakukan lebih lama. Hasil dari pengujian itu menunjukkan molnupiravir tidak menyebabkan perubahan kromosom atau gen (mutagenik) dan tidak bersifat merusak genetik dalam sel (genotoksik).
4. Obat akan diberikan ke pasien OTG dan bergejala
Uji klinis fase tiga obat molnupiravir akan terus dijalankan. Pasalnya, obat yang diklaim bisa menyembuhkan covid-19 ini akan diberikan kepada pasien tanpa gejala dan pasien yang bergejala di rumah sakit.
“Kami terus membuat kemajuan di fase uji klinik 2/3. Kami mengevaluasi molnupirvair, baik pada pasien tanpa gejala yang tidak dirawat di rumah sakit maupun yang menjalani rawat inap. Kami juga berencana memberikan pembaruan bila perlu,” kata Kepala Petugas Medis Laboratorium Riset Merck, Roy Baynes.
(SYI)