Makassar: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mengeklaim angka stunting di wilayahnya turun. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah anak yang mengalami gizi kurang pada 2019 cenderung berkurang.
"Pada 2019 ada penurunan angka stunting lima persen atau sekitar 7.986 anak dari 159.375 anak menjadi 151.398 anak," kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Sulsel, Husni Tamrin, Selasa, 11 Februari 2020.
Husni menyebutkan, anak dengan stunting tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Ada delapan daerah dengan angka stunting cukup tinggi di Sulsel.
"Tertinggi adalah Enrekang 43 persen dan Bone 39 persen dari total angka stunting yang tercatat," bebernya.
Selanjutnya, di Kabupaten Jeneponto dengan 36 persen, Takalar 34 persen, Bantaeng 33 persen, Pinrang 32 persen, Gowa, 31 persen, dan Pangkep 30 persen.
Husni menduga tingginya angka stunting di beberapa daerah karena pola asuh orang tua yang tak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak sejak dalam kandungan hingga umur lima tahun. Selain itu, kata dia, sanitasi yang kurang atau tidak memenuhi standar menyebabkan pertumbuhan anak kurang baik.
"Pemerintah Provinsi Sulsel mendorong seluruh wilayah tidak ada lagi yang buang air besar sembarang," jelasnya.
Ia menambahkan kasus stunting kebanyakan berada di daerah-daerah pedalaman. Pemprov Sulsel pun mendorong aparat desa memberikan pemahaman kepada masyarakatnya untuk menerapkan pola hidup sehat.
"Kita juga fokus pada pembenahan terhadap daerah-daerah terpencil dan tertinggal karena di situ stunting banyak ditemukan," pungkasnya.
(IDM)