Apakareba: Pemerintah Indonesia berupaya untuk mengamankan pengadaan vaksin di Indonesia. Salah satunya, dengan menjalin kerja sama secara multilateral dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan Global Alliance for Vaccine Immunization (GAVI) yang merupakan bagian dari World Health Organization (WHO).
Terkait hal itu, pemerintah sudah menyerahkan dua dokumen aplikasi, yakni vaccine request dan technical assistant form kepada COVAX Facility pada November dan Desember 2020. Selanjutnya, pemerintah juga sudah merencakan pengiriman dokumen lainnya pada 8 Januari 2020.
“Kita juga akan terus mengawal submisi dokumen lainnya, yaitu Vaccine Request Form Part B mengenai identifikasi yang menurut rencana akan kita serahkan pada 8 Januari 2021,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers yang disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 31 Desember 2020.
Tak hanya menyerahkan Vaccine Request Form Part B, pemerintah juga akan mengirimkan dokumen Cold Chain Equipment (CCE) Support Request. Dokumen itu terkait dengan kapasitas teknis penyediaan sistem pendingin vaksin. Rencananya, CCE Support Request akan dikirimkan pada kuartal I 2021.
“Kementerian Kesehatan dan Kementerian Luar Negeri serta pihak-pihak lain akan terus berkoordirnasi erat untuk memastikan semua infrastruktur logistk vaksin di dalam negeri sesuai dengan kebutuhan jenis vaksin yang dipesan dari track multilateral ini,” tutupnya.
Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin Sinovac telah tiba di Indonesia. Vaksin buatan perusahaan asal Cina itu tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Kamis, 31 Desember 2020.
Vaksin tersebut akan langsung dikirim ke Bio Farma di Bandung dengan protokol penyimpanan vaksin yang sesuai standar World Health Organization (WHO). Pengiriman vaksin ini merupakan batch II setelah pengiriman batch I, yakni sebesar 1,2 juta dosis vaksin Sinovac pada 6 Desember 2020 lalu. Dengan kedatangan ini, total sudah ada 3 juta dosis vaksin jadi Sinovac di Indonesia.
(SYI)