Apakareba.id: Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Imran Jausi, meminta pemerintah membatalkan rencana mengimpor 500 ribu ton beras. Alasannya karena ketersediaan beras, khususnya di Sulawesi Selatan sudah berlebih alias surplus.
"Impor itu katanya sebagai upaya mengamankan stok cadangan beras di Indonesia. Untuk skala provinsi Sulawesi Selatan tidak membutuhkan ada beras impor karena kita sendiri bahkan mensuplai ke beberapa provinsi lain," kata Imran dikutip dari Medcom.id, Selasa, 13 Desember 2022.
Sulsel dikabarkan siap memasok beras ke gudang Bulog guna memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP). Terlebih selama ini, Sulsel juga menyuplai beras untuk beberapa provinsi, seperti ke Kalimantan dan ke Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Sulsel memiliki lahan pertanian seluas 1,4 juta hektare yang dapat menghasilkan 5,3 juta kilogram gabah kering giling. Jumlah itu mampu menghasilkan 3,6 juta kilogram beras.
Sedangkan kebutuhan masyarakat Sulsel sekitar 1 juta kilogram. Jumlah ini diyakini masih surplus. Sebelumnya, Kepala Divisi Regional Bulog Sulawesi Selatan, Bakhtiar A S, mengungkapkan stok beras di Sulsel masih mencapai angka 138 ribu ton. Hal ini masih cukup hingga 21 bulan ke depan.
"Awal 2022, stok beras di Sulsel sekitar 300 ribu ton. Tapi Sulsel kan jadi penyanggah beberapa provinsi di Indonesia, jadi kita kirim sebanyak 180 ribu ton ke sejumlah daerah," ungkap Bakhtiar.
Ada tujuh provinsi yang menjadi tujuan pengiriman beras asal Sulsel, yaitu Papua, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan DKI Jakarta. Untuk serapan beras di Sulsel menurut Bakhtiar sudah mencapai target.
(SUR)