Makassar: Sebnyak 240 desa di Sulawesi Selatan (Sulsel), atau 8 persen dari total keseluruhan, menjadi fokus pendampingan penurunan prevalensi stunting pada 2022. Target tersebut juga telah menjadi kesepakatan bersama dalam Rakerda Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Kegiatan tersebut melibatkan pihak dan mitra di lapangan. Mulai dari sosialisasi hingga penerapan masa emas kehidupan.
"Yakni 1.000 hari pertama kehidupan, hingga pendampingan keluarga yang berpotensi memiliki anggota keluarga stunting," ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel, Nurseha, dilansir dari Antara, Kamis, 17 Maret 2022.
Nurseha menyebut pemilihan desa yang mendapat pendampingan berdasarkan data keluarga 2021. Sehingga, target pendampingan di lapangan yang disusun berdasarkan data teranyar bisa tepat sasaran.
Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel, Andi Ritamariani, mengatakan fokus kerja lembaganya untuk menjangkau 24 kabupaten/kota yang memiliki potensi stunting pada 2022.
"Terutama ini kami lakukan pemantauan di daerah yang memiliki prevalensi tertinggi di Sulsel yakni di Kabupaten Jeneponto," kata Andi.
Meski prevalensi Kota Makassar paling rendah di Sulsel dengan angka 4 persen, intervensi tetap harus diberikan seperti daerah lain. Sebab, tidak semua kecamatan di Kota Makassar memiliki kondisi yang sama.
(UWA)