Apakareba: Ada pemandangan unik yang mewarnai hari pencoblosan calon bupati dan wakil bupati Gowa tahun ini. Di tempat pemungutan suara (TPS) satu ini, para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tidak mengenakan baju layaknya orang ketika bepergian. Hah? Terus pakai baju apa dong?
Di TPS 10, Kelurahan Pandang-pandang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, petugasnya mengenakan pakaian adat khas Sulawesi Selatan (Sulsel). Petugas KPPS perempuan maupun laki-laki menggunakan pakaian adat tersebut, lengkap dengan Pattonro di atas kepala mereka.
“Dia (petugas KPPS) mengangkat budaya Makassar dan juga mengangkat budaya lokal. Ini ide dari petugas sendiri,” kata Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Pandang-pandang, Lili Ernayanti, Rabu, 9 Desember 2020, seperti dilansir dari Fajar.co.id.
Tujuan mereka mengangkat budaya lokal sebagai tema di TPS ini adalah untuk memperkenalkan pakaian adat Sulsel kepada warga, khususnya kepada anak muda. Pasalnya, anak muda saat ini tidak terlalu mengenal budaya asli daerahnya sendiri.
Jumlah pemilih yang terdata sesuai daftar pemilih tetap (DPT) di TPS 10 ini sebanyak 406 jiwa. Diketahui, Lili juga memimpin PPS di 13 TPS lainnya.
“Dari 13 TPS itu, keseluruhan DPT berjumlah 5.243 jiwa,” sebutnya.
Seluruh petugas KPPS di sana dipastikan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Para pemilih yang ingin mencoblos juga harus menaati tata cara pencoblosan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Pihaknya juga menyediakan ember yang berisi air bersih dan sabun untuk mencuci tangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran covid-19 selama pencoblosan berlangsung.
Kreatif sekali ya para petugas KPPS di TPS 10! Dengan adanya sentuhan budaya lokal pada TPS ini, tentunya akan mengurangi kekhawatiran para pemilih dalam waktu pencoblosan..
(SYI)