Apakareba: Kabar baik datang di akhir penghujung 2020 ini. Kemarin, pemerintah baru saja mendapatkan kabar bahwa otorasi penggunaan darurat (EUA) untuk AstraZeneca telah keluar. Sehingga hasil EUA di Inggris ini dapat dijadikan basis dan review oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menerbitkan EUA di Indonesia.
“Kemarin, kita menerima kabar bahwa Emergency Use Authorization atau EUA untuk Astrazeneca telah diberikan oleh Medicine and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) Inggris,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers yang disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 31 Desember 2020.
MHRA merupakan salah satu dari enam strangent regulatory yang memiliki mekanisme reliance dengan BPOM Indonesia. Melalui mekanisme reliance ini, proses penerbitan EUA untuk vaksin AstraZeneca di Indonesia akan lebih mudah.
BPOM juga selalu berupaya untuk menjalin koordinasi yang baik dengan semua pihak dan lembaga yang bersangkutan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini menjadi penting agar BPOM dapat segera menerbitkan EUA untuk penggunaan vaksin di Indonesia.
“Tentunya proses ini tidak akan pernah mengompromikan aspek keamanan, efektivitas, dan kualitas vaksin,” tegas Retno.
Sebanyak 1,8 juta dosis vaksin Sinovac telah tiba di Indonesia. Vaksin buatan perusahaan asal Cina itu tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Kamis, 31 Desember 2020.
Vaksin tersebut akan langsung dikirim ke Bio Farma di Bandung dengan protokol penyimpanan vaksin yang sesuai standar World Health Organization (WHO). Pengiriman vaksin ini merupakan batch II setelah pengiriman batch I, yakni sebesar 1,2 juta dosis vaksin Sinovac pada 6 Desember 2020 lalu. Dengan kedatangan ini, total sudah ada 3 juta dosis vaksin jadi Sinovac di Indonesia.
(SYI)