Mengenal Pola Asuh Helicopter Parenting dan Dampak Buruknya Bagi Anak

Ilustrasi-Freepik Ilustrasi-Freepik

Apakareba: Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh bahagia. Karenanya, tak jarang bagi orang tua untuk terus mengawasi buah hatinya secara berlebihan. 

Pola asuh seperti itu dinamakan helicopter parenting. Orang tua selalu berusaha melindungi anak mereka dengan terlibat langsung dalam setiap aspek kehidupannya.

Menurut Journal of Child and Family Studies, jenis pola asuh helikopter dinilai tidak baik bagi anak. Pasalnya, anak akan merasa kehidupannya selalu dikontrol berlebihan dan dituntut untuk sempurna saat mengerjakan sesuatu.

Misalnya, semua jenis kegiatan dari mulai berpakaian hingga mainan akan dipilihkan oleh orang tua. Semata-mata hanya karena orang tua merasa mereka memahami apa yang terbaik untuk si anak.

Upaya yang berlebihan tersebut justru perlu menjadi atensi khusus. Sebab hal itu bisa memberi beberapa dampak buruk bagi anak, seperti:

1. Rasa percaya diri berkurang

Salah satu dampak buruk yang akan dialami anak adalah berkurangnya rasa percaya diri. Mereka akan selalu takut salah dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Anak akan selalu bergantung pada orang tua. Lebih dari itu, mereka juga akan sulit menjadi pemimpin.

2. Tidak mandiri

Segala sesuatu yang selalu orang tua persiapkan untuk anak akan memupuk rasa manja. Mereka serba ketergantungan dalam diri mereka.

Saat akan melakukan sesuatu, mereka terbiasa untuk mengandalkan orang tua dan berharap semua akan selesai tanpa membutuhkan usaha. Sifat itu akan membuat mereka tak mampu menghadapi kegagalan dalam hidup karena semua kesalahan yang mereka lakukan sudah terbiasa dibereskan orang tua.

3. Tak mampu berpikir kreatif

Karena terbiasa dengan semuanya yang serba mudah, anak akan mengikuti pola yang ada. Mereka tak pernah punya kesempatan untuk menciptakan sesuatu yang sesuai dengan kehendaknya.

Dengan kata lain, anak tak akan terbiasa untuk berpikir secara kreatif. Hal ini tentunya sangat buruk, karena kesuksesannya akan terhambat bila tak menjadi sosok yang mampu bersaing.

4. Mengalami tekanan

Meski kadang mereka merasa bahwa hidupnya menyenangkan karena semua telah ada yang mengatur, namun lama kelamaan bukan tak mungkin mereka menjadi depresi.

Mereka akan merasa tertekan karena segala sesuatunya terlalu ditentukan oleh orang lain. Sehingga mereka tak memiliki kesempatan untuk menunjukkan dan melakukan apa yang mereka inginkan. 

Setiap orang tua tentu memiliki jenis pola asuhnya tersendiri dan paham mana yang terbaik. Namun bijaklah dalam berpikir, jangan sampai anak hanya menjadi korban dari keegoisan kita sebagai orang tua. (Raissa Oktaviani)



(RAI)